PERISTIWA KECIL SATU:
PSYCHEDELIC
Sesungguhnya inilah yang terjadi, sayang; Pada hisapan kesekian tiba-tiba aku terjebak dalam ruang putih dengan frekuensi alfa dan tetha; Damai, terlalu damai. Di tempat itu, suara-suara menjauh, juga tanda tentang kehadiranmu. Ya, engkau raib, seiring dengan fikiranku yang semakin kosong. Lalu, Ilusi dan mimpi tiga dimensi hadir seperti cahaya yang terpancar vertical di garis horizon sebelah timur. Sertamerta matahari tersembul dari celah renik pualam di ujung lantai yang jauh. Begitu terang, melambungkan sejuta harapan. Membentangkan sinarnya ke sudut-sudut dinding usang yang dipenuhi bingkai-bingkai kaca dengan kecepatan yang tak terhitung. Berbenturan, hingga menjadi tempias butir bening dan membeling. Tapi seiring hari yang lekas menjadi hitam, semuanya melayang ke langit yang cerah, dan menjelma menjadi bintang-bintang berekor sebelum akhirnya kembali menjatuhkan diri ke kotak-kotak angan yang belum ternamai. Belingsatan ke delapan kutub arah mata angin, melahirkan kilatan-kilatan serupa lampu-lampu laser. Sebentar terang, sebentar gelap, sebentar terang sebentar gelap. Runyam, tapi aku masih bisa melihat sekuens-sekuens peristiwa terakhir. Terus, memori merunutkan kisah dari masa yang lain, dan angan-angan malam. Semakin lama semakin tak jelas. Hitam – putih – hitam – putih, lalu lenyap ketika ganja terasa sepat di lidah. Mengembalikan kesadaran. Aku pun tahu, bahwa kenyataan sudah tak lagi memberikanku pengalaman seru.
… []
PERISTIWA KECIL DUA:
GEMINTANG
Mungkin karena selinting ganja membuatku merasa kau mendengar maafku, ketika melihatmu tersenyum di waktu yang berhenti pada moment berwarna sepia, tertangkap lensa kamera. Lalu, aku masuk ke dalam foto itu sebagai kekasih dengan hati yang sepi. Menggenggam dingin keheningan cintamu, yang kerap kukunjungi sebagai gemintang, untuk menemaniku melewati perjalanan malam! entah dalam keterjagaan atau tidur , hingga aku tak tahu, pendarmu itu nyata atau hanya mimpi.
Sungguh, ini saat yang sempurna untuk melakukan apapun. Dan aku tengadah ke langit yang lagi cerah dan terlihat luas, tertatap jelas rindu berwarna merah dan seraut wajahmu. Lalu aku berdesir; kau selalu indah untukku, mesti semesta menasbihmu untuk kegelapan ke kegelapan.
… []
PERISTIWA KECIL TIGA:
BULAN KOTAK
Karena aku telah banyak kehilangan, maka sering sekali membayangkan semuanya kembali; Perjalanan kita dalam mimpi yang sama misalnya, ketika kaki-kaki kau dan aku melangkah bukan untuk sebuah tujuan, tapi hanya untuk mendapatkan apa saja yang bisa di dapat; pernah kau dan aku menemukan bulan kotak tersembul di sepokok pohon karet. Awalnya kita fikir itu neon, namun kita percaya setelah cahayanya dapat mengubah titik-titik bening air mata menjadi pelangi. Lalu kita membawanya pulang, dan menempelkannya di langit-langit kamar. Sering kita memandangnya, sambil tiduran di ranjang sampai malam mengantarkan asmara pada dimensi yang tak seorang pun dapat menjamahnya selain kita.
“ kita harus menjaganya, jangan sampai hilang!” katamu.
“ Tentu saja. Atau kita akan kembali bersedih”
… []
PERISTIWA KECIL EMPAT:
DÉJÀ VU
Selamat malam, matahari. Kenyataan dan realitas bermula. Perjalanan hari, di antara terang dan gelap hidup, untuk menjemput sebuah kesejatian yang sedang menanti dalam angan-angan seseorang yang pernah memiliki harapan dan kehilanganya. Yang bermimpi dan selalu bersembunyi, di antara bayang-bayang yang tak ada, dan pohon-pohon crystal yang diciptakanya sendiri, hingga hatinya gelap. Lalu, tiba-tiba waktu seakan tak asing lagi, ketika tik tok jarum jam mengubah hujan menjadi apa saja yang kita inginkan, seiring matahari malam memancarkan cahaya di dunia kelabunya; baju-baju sebening kaca, aquariaum yang sangat besar hingga tak sanggup menghapal ikan-ikan yang ada di dalamnya, sayap-sayap yang akan mengantarkan kau dan aku pergi ke negri-negri yang tersembunyi di balik langit-langit kamar kita, dan menemukan ruang lain yang penuh raut-raut wajah dengan satu ekspresi; bahagia.
Kau hanya melongo seolah melihat perubahan, dan berkata; aku merasa pernah mengalami peristiwa ini. Atau mungkin aku hanya lupa, karena begitu banyak kebahagiaan yang sering dihayalkan, dan terus menghayalkannya, berulang kali.
… []
PERISTIWA KECIL LIMA :
PERTEMUAN
Akhirnya, kau dan aku bertemu kembali, pada saat cinta hanyalah sebuah perasaan yang sulit untuk dimengerti. Begitu banyak tafsir, begitu banyak terkaan, yang menumbuhkan kegelisahan malam, dan senyuman fajar secara bersamaan tepat di mana kita berdiri, bersama bayang bayang dan selebihnya ilusi. Tapi kita hanya ingin pantas untuk menjadi seorang kekasih, hingga hati tak pernah menuntut penjelasan. “ seperti dulu… seperti dulu” Desirku.
( Ingatkah kamu. ketika itu musim panas baru saja berlalu. Lalu pohon-pohon kristal kita tumbuh di sekeliling sebuah coffee bar kecil jalan Braga yang sepi pengunjung dan basah. Tanpa lamunan lagi, kau dan aku menghabiskan malam dan sesisa kelembaban yang tertinggal dalam jean belel. Asyik di setiap jeda waktu yang mengubah realitas menjadi cerita-cerita untuk di bawa pulang sebagai senyuman dari sebuah kebersamaan. Sebuah tempat yang nyaman untuk berteduh dari hujan. Kita duduk di meja tanpa taplak, yang di atasnya terdapat banyak seberkas harapan jalinan asmara sesesorang, guratan kerinduan yang tertinggal bersama remah-remah roti dan mimpi, juga wewangian yang entah dari mana datangnya. Ada kehangatan, yang membuat aku dan kamu tak menyadari bahwa tak ada lagi titik-titik air yang tadi membasahi perjalanan dan hati yang patuh pada getaran kebahagiaan. Di sana , jari jemari kita saling berpagutan, lalu kau berkata; Mari, kita lari ke batas raihan sebuah kemesraan, lalu berteriak memekak, bungah. Serupa kota besar, kau tawarkan sejuta asa, dan entahlah, sejak saat itu, hati kau dan aku merasa bukan lagi milik kita sendiri.Tapi seperti kali ini, terulang lagi kita tak pernah menuntut penjelasan. )
ah, mungkin cinta lebih misterius dari apa yang kita kira. Jawabmu.
… []
PERISTIWA KECIL ENAM:
DI MEJA TERAS UNTUK BERDUA
Mari duduk di teras saja!
Kita siapkan meja untuk berdua
dengan dihiasi karangan bunga, dan gelas – gelas lilin
yang cahayanya mampu melindapkan gelap dari ingatan
Di sana , kita bisa memandang langit kelam
sampai habis rembulan, melengkapkan malam
dan mimpi-mimpi yang tak akan pernah kembali.
Tak akan pernah kembali lagi
Dan kita bisukan kenangan, juga angan-angan.
kita tidak perlu banyak bicara,
kita sudah tak punya kata-kata
Sebab kita adalah kisah;
slalu datang dan pergi
untuk sesuatu yang tak pernah selesai
bukankah waktu akan slalu berjalan
dalam siklus yang tidak bisa luput dari perpisahan.
… []
PERISTIWA KECIL TUJUH:
CINTA YANG LARUT DALAM SECANGKIR KOPI
Sayang, malam ini aku ingin espresso
agar warna dan rasanya cocok dengan kisah cinta kita;
hitam dan pahit
Sesungguhnya, aku pecandu kopi
tapi tak begitu mengenal banyak tentangnya
hanya bisa membedakan antara enak atau tidak
begitu pula terhadap asmara
Jadi tuangkan saja ke dalam cangkir itu
Setelah meminumnya, kita bisa buat pilihan;
Membuangnya, atau menikmatinya
… []
PERISTIWA KECIL DELAPAN:
KOTAK MUSIK
/1/
Ke kamarmu, seperti berada dalam sebuah kotak musik yang pernah kuberikan. Hanya ada penari angsa yang berputar-putar dalam gerak monotoni, di iringi satu lagu yang itu-itu saja. Tapi, kenangan membuat aku dan kamu tak pernah bosan memainkanya. Pastikan agar slalu terbuka, bila kita temukan titik bosan, aku dan kamu akan tahu, bahwa cinta kadang lebih membutuhkan kisah dari pada kekasih. Dan biarkan waktu yang menutupnya, ketika semua kembali fana, dan hati kita menjadi hitam.
/2/
Dahulu, kutempuh jarak bermil-mil ke tempatmu, hanya untuk memberikan kotak musik ini. Sekarang kenangan membukanya kembali, dan menemukan malam dengan kutukan dosanya, menghadirkan kita menghadirkan cinta. Menghadirkan kalimat seiya-sekata. “ Masihkah kau sehangat dahulu?” Tanyaku, pelan-pelan. Ketika lampu sudah dimatikan, juga rahasia tentang kerinduan kita. Ruang kamar hanya dibiasi sinar dari cahaya tivi yang sengaja dinyalakan tanpa suara, hingga yang bisa kulihat hanya siluetmu, dan kegelapan yang bikin batas antara rasa dan dosa sudah tak mutlak lagi. Aku dan kamu pun sadar, bahwa masa lalu hanya menyimpan lagu yang kelam.
/3/
Udara semakin dingin, mendekap angan, mendekap ingin. Aku dan kamu menutup kotak musik itu. Ruang kamar pun menjadi hening, dan kita juga tak banyak bicara, membuat malam menjadi pendiam. Kita hanya saling meladeni dan diladeni dekapan, sebelum akhirnya momen pun jadi; Tanpa lagu, dan penari angsa.
O, gairah apa yang sungguh besar. Akan terhasratkan, ketika asmara sejalin; berahi, bukan Ilahi. Salahkah cinta, bila tak mampu membedakan antara arti kesenangan dan kebahagiaan? Tanyamu, tapi tak berharap jawaban. Kita sudah sama-sama tahu; Ah, cinta adalah cahaya yang menciptakan terang dan bayang.
/4/
Kotak musik itu hanya akan menjadi sebagai benda koleksi, bila tanpa kenangan. Seperti juga cinta kita. Aku ingin lebih bernyawa. Memang, kuinginkan tubuhmu, dengan parfum yang sentimental dan romantis itu, juga kekuatan yang menolak untuk ditekan dan ditundukan. Yang kini telah tersingkap seluruh auratnya. Menanggalkan g-string, kebekuan, dan semua pantangan yang ada, lalu menyematkan syahwat berwarna langsat asmara . Sungguh, tak bosan aku merabanya, dengan tangan, rasa, dan segala yang tak pernah memahami arti kepuasan. Tapi, aku juga ingin menyentuhmu di tempat yang lebih sensitive; hati itu.
… []