Jumat, 04 Maret 2011

jangan takut terjebak gelap, sebab pagi tidak mungkin tak datang





1.                Antara kebahagiaan dan kesenangan


Nyalakan selinting ganja lagi, kawan! Aku ingin menghisap dan menghembuskan asapnya keMUKA DUNIA, melegakan dada yang pengap dengan sebuah pertanyaan: Aku tidak tahu apa itu kebahagiaan? Seperti kesenangankah?

( Ketika itu kau mengerti curahan hatiku penuh dendam. Serta merta tanganmu mengulur kearah dadaku, dan aku menyambutnya seperti menerima tawaran asuransi jiwa dengan segala bayangan mengerikan yang bisa saja terjadi suatu-saat. Lupa, kalau sebelumnya aku ingin mati.)



2.                 PSYCHEDELIC


Mendadak aku dan kamu bisa terbang. Dipunggung kita menjelma sayap dengan bulu – bulu selembut genggaman tangan seorang kekasih, tak henti- hentinya mengepak seiring dengan irama jantungku yang tenang seperti semilir angin dimalam yang cerah, mengoyak hitamnya langit meretas gelapnya cakrawala kehidupan, hingga tersingkaplah jalur pintasan menuju jagat yang mendedahkan ruang untuk kita belajar mengenal siapa kita sesungguhnya dan menunggu . Sayap – sayap kita terus menunggangi udara demi kebebasan yang tengah dapat direbahnya, membawa aku dan kamu pergi keketinggian dan mengawang dibalik jungkir impian yang tak terbelenggu realita. Disana, aku dan kamu merasa asing, kita jumpai malaikat yang sedang menatap dunia dengan mata sang pecinta, resah menyaksikan orang – orang berpencaran, hidup seolah mereka tahu peranya melebihi siapa pun. O, langka peluk, tanpa kasih sayang kita kehilangan banyak hal, bahkan cahaya gemintang yang mulanya Tuhan ciptakan begitu syahdu laksana rindu gadis perawan pada pria yang menjadi cinta pada pandangan pertamanya, kini telah meredup. O, dimana kecup, peri - peri tak lagi menari seriang anak - anak kecil yang sedang bermain kucing kucingan atau apalah, karena semakin banyak kenyataan yang dia lihat dibumi semakin banyak pula kepedihan yang disaksikanya. Dimana adanya kedamaian?



( Waktu itu aku dan kamu hanya ingin membuka babakan baru dengan cerita hidup yang kita pilih sendiri )



3.                 Tersadarkan pagi


“ Bangun, ditha! Pagi sudah menjelang, kita harus pulang. “


( Saat itu kita masih di circle k pinggir taman flexy dago, dan aku ketiduran dibahumu. Tapi kau terus berusaha untuk tetap terjaga dan mengawasiku yang sedang bermimpi. Tiba pagi menjelang, kau membangunkanku dan mengembalikan kesadaranku dengan senyuman yang melambungkan sejuta angan. Ya, sebuah senyuman yang membuat aku melupakan sejenak kemelut dihati dan mengajak aku ikut tersenyum. Dan aku pun mengerti, bahwa sebuah senyuman akan melahirkan luapan syukur jika Tuhan memberikanya melalui air mata. Oleh karena itu, aku tak pernah bertanya lagi; Mengapa Dia harus memberiku penderitaan jika ingin aku sebut Maha Pengasih.)











Last cocaine
Bandung, januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar