Tuhan perang, benarkah itu Engkau? Wajah itu
yang mereka tunjukan pada dunia. Bertapa aku
tak bisa mengenalimu lagi. Dalam iman yang
dimiliki dan kesunyian, ku seperti pohon badam
yang ranggas digerus gersang gurun, tumbang
diatas tanah yang menumbuhkanya, lalu rabuk
sendiri.
Sebab Engkau yang slalu ada dalam segala sesuatu
dan waktu, begitu tanpa batas definisi dan identitas.
Jiwa yang ragu, membayangkanMu sesuai dengan
keinginan sendiri, hingga Kau semakin terselubung
dan tak terpahami.
Dewa para tentara, itukah Engkau? Yang slalu
menginginkan aku kuat dalam hasratMu, untuk
mencari kebenaran dalam kesejatian, bukan dari
sesuatu yang kasat.
Mengapa sosokMu begitu banyak tafsir, begitu
banyak makna, bahkan sebatas terkaan? sehingga
proses pemikiran rasional berpencaran keberbagai
kutub arah berbeda. Adalah perpecahan, alamat
manusia menuju dengan parang yang erat ditangan,
dan keyakinan yang patuh dihati.
Panggeran tirani, apakah itu juga Engkau? Zat yang
sama ketika aku temui dalam kesyahduan disetiap
qiyam, rukuk, sujud, dan doadoa yang mengiringinya.
Aku kira Engkau hanya memberikan cahaya saja, supaya
kehidupan manusia terang, meski bila tanpa mentari.
Maaf, aku banyak bertanya! Sebab percaya, maka aku
mencari kepastian. Bukankah tak kenal maka tak sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar