Rabu, 23 Maret 2011

PERPISAHAN

Di bangku yang sudah menyaksikan banyak kisah tentang perpisahan,
kita duduk, dan menunggu jam keberangkatan bus travel
yang akan mengantar rindu ke mahligai kalbu
Untuk  meminang rasa dengan mahar cinta paling sempurna.

Lama, kau dan aku hanya termangu.
Diam kita peta ke gunung – gunung tinggi
tempat kesejukan terbebaskan
Dimana bisa mencoba teduhkan diri

Dimulutmu, udara menjadi unggun yang kehilangan api.
Tinggal bara yang berjelaga dalam sesaknya dada,
mengiyakan gelak tawa dan dinginya angin malam berpamit
Lalu menyambut pagi dengan sebuah pertanyaan:

“ Haruskan kita melanjutkan pendakian kepuncak yang paling sunyi? “

“ Ah, jawaban dari pertanyaan itu sudah dibisikan hatimu,
kau hanya perlu mempercayainya”


*


Bus siap melakukan perjalanan,
mengangkut hatimu yang risaukan tempat tujuan
Jarum jam yang berputar terburu – buru.
kita  jadi mangsa, terperangkap jadwal keberangkatan yang memburu

Ah, waktu adalah pintu yang slalu terbuka
Jalan  masuk dan pamit pergi
Baik bagi yang tidak atau yang disuka;
Cinta, harta, hingga kegelisahan malam

Semua tidak lebih sekedar tamu,
berkunjung hanya untuk ketemu
lalu pulang setelah kita jamu


*


Perpisahan slalu menjual kisah berharga,
untuk membeli kesan yang tak sekedar ketengan
kini tlah tersimpan dalam travelbagmu
bersama baju – baju, perjalanan malam kita,
dan segala yang kau dan aku sukai
yang berat untuk engkau angkat dan dibawa pulang kesurabaya

Kau merengkuh tubuhku, sebelum berpencaran
Mengakhiri perjalanan dalam mimpi yang sama
Relakan kehilangan hari – hari yang sempat menjadi sebuah harapan

Dalam pelukan yang mendekap debar jantung,
aku seperti berada ditengah kemeriahan diskotek
dan menyaksikan kekasih  berjoget dengan pria lain di dance flor.
Tak ada pesta yang harus dirayakan, sebab aduh…



*


Pergilah, sayang!
Perpisahan tak bedanya ujung malam

Kita adalah ibu dan senandung nina bobo;
pasangan yang mengabdi

Meski jarak memisahkan, jangan berhenti menjadi nyanyian!

Tak mengapa sumbang, sebab kita memiliki harmoninya sendiri;
nada nada kasih yang mengajak cinta untuk bermimpi

Selamat tinggal, cha.










Last cocaine
Bandung, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar